Kamis, 24 Juli 2008

Kunci Kebahagiaan

Di sebuah negeri tinggallah seorang tukang kunci. Namanya sangat terkenal. Banyak orang mengakui kemampuannya membuat kunci. Tak ada lubang pinti atau gembok yang tak dapat dibukanya. Segala macam kunci mampu dibuatnya. Tak heran, setiap hari rumahnya selalu dipenuhi orang-orang yang memintanya membuat kunci.

Sayang, lambat-laun kemasyhuran itu membuatnya sombong. Setiap kali berhasil membuka kunci yang tertutup, ia sesumbar, “Lihatlah aku, tak ada satu pun kunci yang tak dapat kubuka. Anak kunci buatanku paling hebat dan tak ada yang menandininya!” tetangganya mengangkat tinggi-tinggi serenceng anak unci yang terikat pada gelang-gelang besi. Gemerincing besi beradu terdengar di sela-sela tawa si tukang kunci. “Akulah si Raja Kunc….”

Musim telah berubah, waktu telah berganti, namun kesombongan itu makin menjadi-jadi. Walaupun mengakui kehebatannya, orang-orang tetap tak suka dengan kesombongan yang dipamerkannya. Bahkan kini tukang kunci itu semakinjumawa. Ia mulai menganggap dirinya tukang kunci paling hebat di seluruh dunia.

Kesombongan memang tak’kan abadi. Suatu ketika seorang kakek tua datang ke tempat sang tukang kunci. “Apakah kamu mampu membuatkan kunci untukku?”

“Ya, aku bisa membuat kunci apa saja, kunci apapun yang kau butuhkan,” ujar si tukang kunci.

“Benarkah demikian? Kalau begitu buatkan aku kunci kebahagiaan,” ucap si kekek perlahan.

“Kunci kebahagiaan?”

“Ya, kunci kebahagiaan. Bukankah kamu si raja kunci, yang mampu membuat kunci apapun ? Penuhilah pesanku, taga bulan lagi aku mau kembali.”

Kakek tua itu meninggalkan tukang kunci yang masi kebingungan. Walaupun begitu, si tukang kunci masi saja tetap sombong. “ah, itu pekerjaan mudah. Akan kupenuhi pesanan itu segera.” Lalu diambilnya logam-logam terbaik yang dimilikinya. “Dengan baja dan emas ini, kunci kebahagiaan itu pasti akan dapat kubuat. Kakek itu akan puas dengan pekerjaanku. Lihatlah logam perak yang kupunya, ulir-ulirnya kujamin akan mampu membuka kunci apapun. “Si tukang kunci bekerja keras. Dibuatnya anak kunci yang terindah dan termahal yang mampu dibuatnya. Ia tertantang untuk membuktikan kemampuannya kepada kakek tua tadi.

Tiga bulan telah berlaku, tibalah saat itu. Sangkakek tua datang. “Anak kunci pesananmu telah kubuat, cobalah pilih nama yang sesuai.” Tukang kunci itu menyodorkan beberapa anak kunci. Ada yang terbuat dari emas, baja , perak, dan campuran tembaga. Semuanya tampak indahdan gemerlap. Gagang dan ujungnya pun disusun dengan cermat. Ulir-ulirnya tampak indah, berukir, membuat liku-liku yang rumit. Namun si kakek tua tetap mengeleng. Tukang kunci merasa gagal.

“Ketahuilah, di dunia ini ada satu tempat yang tak berpintu. Tempat itu juga tak memiliki ruang. Kedudukannya juga tak memiliki sekat-sekat yang terbagi-bagi.” Kakek tua itu duduk. Tukang kunci mengikuti. “Karena tak berpintu, maka tempat itu juga tak memerlukan anak-anak kunci. Dan tempat itu adalah… kebahagiaan. Jika kamu ingin menemukannya.carilah di dalam hatimu. Ia kadang tak memerlukan emas, perak dan tembaga karena ia ada dalam setiap sisi-sisi jiwa.

******************

Teman,kita mengingatkan kebahagiaan . Sebagai dari kita mencarinya dengan menelisik tiap inci jalan kehidupan. Kita menyusurinya seakan kebahagiaan itu ada di suatu tempat yang jauh. Kita kerap berusaha mendapatkannya seakan kebahagiaan itu menepati suatu ruang tertentu. Namun ,kita keliru dan tak menemukan apa-apa.

Adakah kebahagiaan itu? Saya percaya kebahagiaanitu sebuah keniscayaan. Tapi, apakah kebahagiaanitu dibatasi dinding-dinding dan sekat-sekat? Saya tak setuju dengan ini. Saya percaya, kebahagiaan itu tak berpintu, tak berdinding, tak memiliki ruang, dan tak dibatasi sekat-sekat. Karena itulah, kebahagiaan tak membutukan anak kunci untuk membukanya. Kita tak memerlukan ukir-ukir yang rumit untuk dapat hadir di dalamnya.

Teman, tentu kita bukan si tukang kunci yang mempersepsikan kunci kebahagiaan dengan sesuatu yang gemerlap dan mahal. Sebab, kebahagiaan ada di dalam hati kita.*

Tidak ada komentar: