Kamis, 24 Juli 2008

Pemberian Terbaik

Ada satu keluarga petani. Mereka menetap disebuah kerajaan besar yang rajanya adil lagi bijaksana. Bukan hanya itu keberuntungan keluarga itu. Tanah negeri itu subur, keadaannya pun aman dan sentosa. Semua penduduk negeri itu hidup berdampingan tanpa pernah mengenal perang atau pun becana.
Setiap pagi kepala keluarga petani itu pergi ke sawah. Tak lupa ia membawa bajak dan menuntun kerbaunya. Bajak tua dan kerbau renta. Sisi-sisi kayu dan garuh bajak telah mengelupas. Kerbaunya tanpak letih, sebentar-sebentar berhenti menghela bajak. “Inilah hartaku yang paling berharga,” bisik petani itu dalam hati.
Tiba-tiba gemuruh derap kaki kuda memecah kekhusukan kerjanya. Serombongan pasukan datang. Komadannya maju, lalu berkata, “Serahkan bajak dan kerbaumu itu kepada kami. Ini perintah Raja!”
Si petani kaget. Bukan oleh suara keras tegas yang khas di miliki tentara itu. Tapi, pada isi pesannya.
“Untuk apa Raja menginginkan bajak dan kerbauku?” tanya sang petani bingung. “Hanya ini hartaku yang paling berharga. Bagaimana aku bisa berkerja tanpa bajak dan kerbau itu? Tolonglah, kasihani anak dan istriku. Berilah kesempatan sampai besok. Aku akan membicarakan dengan keluargaku.”
“Kami hanya menjalankan perintah. Terserah, apakah kamu menyerahkannya atau tidak. Tapi ingat kekuasaan dan kekuatan Baginda Raja tidak akan mampu dilawan oleh petani macam kau,” kata komandan itu tanpa muatan emosi lalu berbalik arah dan memberi aba-aba kepasukannya kembali kearah istana.
Malamnya petani itu menceritakan kejadian tadi ke keluarganya. Mereka kaget, bingung, dan cemas. Semua bertanya-tanya, apakah Raja telah kehilangan sikap bijaknya? Tanpaknya Baginda tidak melindungi rakyatnya lagi, begitu kesimpulan mereka. Kesimpulan itu menambah gunda dan gelisah seisi rumah. Akhirnya, mereka sampai pada keputusan: tak ada yang bisa berbuat kecuali pasra dan menyerah pada kehendak Raja.
Pagi-pagi sekali si petani sudah memanggul bajak dan menuntun kerbaunya. Bukan pergi kesawah, tapi kearah istana. Ia ingin menyerahkan langsung harta paling berharganya itu kepada Raja.
“Baginda, walau terasa berat, hamba harus membaktikan diri kepada Baginda. Karena itu, terimalah bajak dan kerbau ini, Yang Mulia….,” ujar si petani dengan suara di usahakan tanpa getaran sedih karena kehilangan harta kesayangan.
Raja tersenyum. Menepuk tangan, memanggil pengawal. “buka selubung itu!” Raja memberi perintah selubung dekat taman terkuak. Ada bajak baru dan seekor kerbau gemuk disana.
Sang petani bingung. Kalau sudah punya bajak dan kerbau sebagus itu, kenapa Raja masih juga menginginkan bajak dan kerbauku, batin si petani. Tanpaknya sang Raja dapat membaca raut bingung si patani. Katanya, “Sesungguhnya aku sudah mengenal dirimu sejak lama. Aku tahu kau petani rajin. Namun akau ingin tahu apakah kau juga hamba yang baik? Ternyata, kau rela memberikan harta paling berharga milikmu itu kepadaku. Maka, terimahlah bajak dan kerbau itu sebagai hadia dariku, kau layak menerimanya….”
Petani mengucapkan terima kasih. Ia pulang dengan langkah ringan sambil memanggul bajak baru yang mengkilat dan seekor kerbau gemuk.
********

Teman, tidak banyak yang bisa berlaku seperti petani tadi: mau memberikan harta terbaik yang dimilikinya kepada yang lain. Tapi bukan hikma itu yang ingin angkat.
Teman, Allah swt. Meminta kita memberikan semua yang terbaik yang kita punya. Itu bukan karena Allah butuh apalagi karena kekurangan. Sesungguhnya Allah Maha Kaya. Ia melakukan itu karena ingin memuji hamba-Nya. Siapa diantara kita yang benar-benar beriman, mengabdi, dan bersyukur kepada-Nya.
Allah swt. Ingin menyisihkan orang-orang kikir dari hamba-hamba-Nya yang mau menafkahkan harta dijalan-Nya. Dan di atas sikap pasrah kita kepada kehendak-Nya, Allah swt. Akan memberi balasan yang tidak kita bayangkan sebelumnya. Begitulah cara-Nya memberi kemuliaan kepada kita.**

Tidak ada komentar: