Kamis, 24 Juli 2008

Sesal

ADA kisa menarik dari sebuah desa di Inggris tempo dulu. Di desaitu tinggallah seorang petani dengan seorang pamuda. Anak semata wayang itu teramat ia sayang . Mungkin itulah warisan berharga dari mendiang istri tercintanya.
Selain anak kesayangan , si petani juga punya hewan kesayangan. Seeker kuda betina yang berbulu indah , lincah, . Kala lelah, si petani bisa menghibur diri dengan kuda kesayangannya itu. Ia kerap membelai-belai bulu yang lembut itu. Kadang, ia cuma duduk-duduk menikmati sang kuda berlari kecil.
Dua makhluk kesayangan itu kini telah benar-benar menjadi harta yang tiada terkira. Ia tak ingin melepas permata kebahagiaan itu. Apa pun taruhannya . Hingga suatu hari ,sebuah peristiwa mengusik ketenangannya. Karena lalai, anak kesayangannya kehilangan kuda idaman saat bermain-main di tepian hutan. Anak petani itu benar-benar menyesal.
Betapa marahnya sang petani. Tanpa sadar, ia sempat membentak anak kesayangannya. Tapi, ia pun sadar kalau langkah itu tak membuahkan hasil. Beberapa hari sudah , ia dan anaknya menyusuri tepian hutan .Sayangnya, sang kuda tak kujung jumpa.Dan, sang petani pun menyerah. Ia benar-benar menyesal,kenapa ia relakan anaknya membawa kuda ke tepian hutan. “Ah, kalau saja saya larang,” sesal petani membatin.
Dalam hari-hari penyesalan itu, sebuah kejadian berubah keadaan hati sang petani. Betapa tidak, entah tutunan dari mana, sang kuda kesayangan pulang. Ringkikannya seolah membangunkan benih bahagia yang nyaris mati. Selain itu , dan inilah yang membuatnya lupa dengan sesalnya, sang kuda kembali dengan seekor kuda jantan yang begitu gagah. “Ah, ternyata aku salah. Kehilangan ini membawa keberuntungan,” Ia pun larut dengan tamu barunya.
Suatu ketika, anak sang petani sedang asik-asik menunggangi kuda jantan itu. Dengan gembirahnya, sang kuda membawa si anak yang mulai beranjak dewasa ini mengitari perkebunan petani. Sesekali, sang kuda melompat agak tinggi. Mungkin, ia ingin menujukkan kebolehannya kepada sang tua . Tapi, karena terlalu tinggi , anak petani kehilangan keseimbangan . Ia pu terpental dan terjerembab ke tanah bebatuan. Kakinya patah.
Mendapati itu, sang petani lansung mengeluarkan sumpah serapah. “Gara-gara kuda brengsek !” Ia seperti tak mau terima dengan nasib yang menimpaanak ke sayangannya. Tapi, takdir sudah menentukan lain. Dengan perasaan menyesal , si petani berusaha sabar merawat anaknya.Ia seperti kehilanga harap,entah kapan anaknya akan sembuh seperti sedia kala.
Dalam keadaan duka , sang petani dikejutkan dengan beberapa tentara kerajaan yang memeriksa seluruh warga desa. Termasuk ,rumanya. Para tentara itu menjalankan amanah raja berupa wajib militer. Setiap pemuda segar bugar, wajib ikut perang membela negara. Tanpa kecuali!.
Spontan saja, seluruh orang tua di desa itu gelisah. Mereka takut kalau anaknya yang tertunjuk paksa tak kembali dari medan perang. Dan untuk masalah ini, si petani tersungkur. Ia tak perlu cemas dengan anaknya. Soalnya, anak kesayangannya masih pincang. Mana mungkin ada prajurit yang pincang.

*******************

Teman , banyak peristiwa berlalu di luar jangkuan sangkaan kita. Suatu peristiwa yang semula kita sangka buruk, ternyata berbuah kebaikan. Dan sayangnya, kebodohan kita itu diperpara dengan buruk sangka. Dan seburuk-buruk sangka, adalah buruk sangka kepada Allah. Semoga, kita tidak meniru sang petani.***

Tidak ada komentar: